Halo!
Di postingan kali ini saya bakal bercerita tentang sekolah saya. Sebenarnya ini salah satu (dari sekian juta) tugas liburan saya. Coba kalau nggak ada tugas ini, pasti saya nggak bakal memposting tulisan 'yang seperti ini'. Haha
Jadi,
Saya resmi terdaftar sebagai seorang pelajar SMA awal Juli tahun 2013. Senang banget rasanya udah jadi anak putih abu-abu. Tambah senang lagi karena saya bisa menghabiskan masa-masa SMA saya di SMA IT Ihsanul Fikri, yang kelihatan mencolok banget di antara hamparan sawah *halah karena gedungnya emang tinggi menjulang, tiga lantai men!
Bicara tentang sekolah, saya selalu teringat kata-kata Pak Umar disetiap apel pagi atau upacara. Pak Umar selalu bilang kalau betapa banyak orang tua di luar sana yang menghubungi beliau untuk menanyakan :
"Ihsanul Fikri masih bisa nerima murid nggak sih?"
Dan Pak Umar selalu menutupnya dengan 'ceramah' yang kira-kira isinya menyuruh kita (siswa/i SMAIT Ihsanul Fikri) buat bersyukur sudah ditempatkan di sekolah yang lingkungannya baik, yang melindungi siswa/i nya dari dunia luar dan pergaulan bebas yang mengerikan (haha) dan harusnya kita bersungguh-sungguh belajar disini karena banyak orang tua yang pengen anaknya masuk Ihsanul Fikri tapi nggak kesampaian, eh malah kitanya yang sudah diberi kesempatan menyianyiakan.
Dan memang nggak heran sih, kalo sekolah saya di impikan banyak wali murid. *ciye. Bukan karena saya salah satu muridnya dan bilang seperti itu lho ya. Kalau andaikan saya sekarang udah punya anak seumuran SMA (haha) saya pasti juga bakal sekolahin anak saya di Ihsanul Fikri atau sekolah lain yang 'sejenis'.
Karena apa? Karena jaman sekarang ini emang mengerikan sekali. Terlalu banyak hal yang bisa merusak seorang remaja labil seumuran saya ini kalau dia nggak punya iman yang kuat. Dan setiap orang tua pasti berharap punya anak solih/ah yang berakhlak lurus dan membanggakan, kan? Nah, Ihsanul Fikri menawarkan apa yang orang tua mau (ciye).
Murid-muridnya nggak boleh bawa gadget, berangkat sekolah jam enam pagi, kalau keluar kompleks juga paling cuma ke mbak novi, ada mentoring, setor hafalan, mukhoyam qur'an, sertifikasi, pokoknya segala hal yang menjauhkan murid-muridnya dari perbuatan mudharat dan siksa api neraka deh.
Jadi,
Saya merasa beruntung sih, sebenarnya bisa tiga tahun belajar di gedung tiga lantai SMA IT Ihsanul Fikri. Walaupun awalnya emang sedikit nggak terima, banyak mengeluh karena peraturannya banyak bet, tapi, seiring berjalannya waktu, saya jadi sadar kalau sekolah saya sekarang ini adalah tempat terbaik untuk saya menimba ilmu, dan tempat terbaik untuk saya mengumpulkan 'bekal' perjalanan hidup saya di masa depan.
Ya, semoga beberapa tahun kedepan setelah saya sukses dan menjadi seseorang yang 'berpengaruh' (Aamiin Ya Allah) bakal ada seseorang yang nanya ke saya
"Sekolah mana sih kamu dulu, kok sekarang hebat gini (haha)"
Saya akan jawab
"SMA IT Ihsanul Fikri, Sekolah yang guru-gurunya nggak berharap apa-apa selain anak muridnya bisa jadi seorang kader dakwah yang membanggakan."
Ciyeeeeee.